Di bawah ini adalah cerita versi humor antara aku dengan wali kelasku ( Bapak Agus ). Cerita ini sekedar di tulis dan tidak bermaksud menghina atau menyinggung perasaan siapapun.
PART I
Pak Agus sedang mengajar murid-murid SMP nya dalam pelajaran olah raga. Seperti biasanya Pak Agus akan menyuruh murid-muridnya melakukan pemanasan untuk peregangan otot. Tiba di satu bagian, dimana murid-murid berbaring dan mengangkat kaki lalu menggerakkannya seperti sedang mengayuh sepeda. Pak Agus terus memperhatikan seorang muridnya yang pada mulanya menggerakkan kakinya tiba-tiba menghentikan kakinya. Lalu Pak Agus membentak muridnya yang bernama Duwek.
Pak Agus: "Woiiii Wek, apa sebabnya kamu berhenti hah"
Duwek: "Oh Pak Agus, sepeda saya tengah turun bukit Pak, itu sebabnya saya berhenti.Takkan mau mengayuh juga."
PART II
Waktu pelajaran telah habis. Sebelum keluar kelas, Pak Agus bertanya kepada murid-muridnya.
Pak Agus: "Siapa mau masuk surga? "
Semua murid mengangkat tangan kecuali Duwek. Lalu Pak Agus pun bertanya,
Pak Agus: "Duwek , kenapa kamu tidak mau masuk syurga?"
Duwek: "Mak saya bilang sehabis sekolah, terus pulang kerumah, jangan pergi kemana-mana. "
PART III
Pak Agus sedang mengajar Bahasa Indonesia dalam kelas 1 A
Pak Agus: "Duwek, bisa kamu membuat kalimat dengan menggunakan perkataan tepung? "
Duwek: "Itu mudah saja Pak, kalimatnya adalah…. emak sedang membuat kue di dapur. "
Pak Agus: "Mana tepungnya?? "
Duwek: "Tepungnya kan di campur di dalam kue itu Pak.. "
PART IV
Pak Agus: "Bejo, coba terangkan apakah tugas akar pohon pisang? "
Bejo: "Untuk mencari makanan, Pak."
Pak Agus: "Bagus! Sekarang giliran Wati. Apakah tugas batang pohon pisang? "
Wati : "Untuk membawa makanan yang dicari akarnya, Pak."
Pak Agus: "Bagus! Sekarang giliran Duwek. Apakah tugas daun pisang? "
Duwek: "untuk membungkus makanan , Pak… "
Pak Agus: "uii… bagus sekali… berdiri di depan kelas sampai habis pelajaran.. "
Itulah plesetan ceritaku waktu masih SMP dulu. Memang aku gebleg plus bandel, maklum kalau Guru-Guruku pada jengkel sama aku. "Maafkan muridmu ini Pak, kami akan mengenang jasa-jasamu sampai akhir hayat."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar